Diskon menarik untuk produk handmade kami!
Realitas Pahit Pencari Kerja: Sudut Pandang Seorang Pelaku UMKM
Job fair Bekasi 2025 mencerminkan ketatnya persaingan kerja, dengan ribuan pencari kerja berebut peluang yang terbatas. Di tengah kondisi ini, UMKM berperan besar dalam menyerap tenaga kerja, menyumbang 97% lapangan kerja nasional. Artikel ini mengulas tantangan dan peluang bagi UMKM untuk naik kelas, termasuk strategi ekspansi pasar dan peningkatan kualitas. Dengan dukungan yang tepat, UMKM bisa menjadi solusi bagi jutaan pencari kerja dan penggerak ekonomi Indonesia.
Farhan Dwikalindrapura S.Pd
5/30/20256 min baca
H-1 pengumuman SNBT 2025, saat ribuan siswa SMA menanti lembaran baru sebagai mahasiswa atau pekerja, Indonesia justru menyuguhkan realitas pilu. Di sebuah job fair yang diselenggarakan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi (27/5) di Gd. President University, Cikarang Utara, puluhan orang pingsan, berdebat, bahkan berkelahi – semua demi satu harapan: mendapat pekerjaan. Sekitar 25.000 pencari kerja berdesakan memperebutkan hanya 2.700 lowongan. Artinya, dalam sekejap, 22.300 manusia penuh harapan harus pulang dengan tangan hampa dan kegelisahan baru tentang masa depan.

Sebagai seorang pemilik UMKM mebel (Pengrajin Bogor), peristiwa ini bukan sekadar berita. Ini adalah tamparan keras. Kesedihan melihat suasana yang seharusnya menyenangkan malah jadi tempat yang mencekam, keputusasaan sesama, keprihatinan mendalam, dan kesadaran bahwa masalah ketenagakerjaan adalah duka nyata yang hidup, bukan deretan angka statistik belaka.
Melihat Pasar Kerja dari Perspektif UMKM
Jujur, saya sangat mengerti kenapa mimpi bekerja di perusahaan raksasa dengan gaji besar, jenjang karier, AC dingin, dan segudang fasilitas lainnya. Siapa yang ga mau? Namun faktanya, UMKM-lah tulang punggung penyerapan tenaga kerja di negeri ini:
97% tenaga kerja Indonesia diserap UMKM.
60% PDB nasional disumbang UMKM.
64 Juta unit usaha UMKM tercatat di Indonesia.
Artinya, secara matematis sebagian besar dari 25.000 pencari kerja di Bekasi itu, dan jutaan lainnya, pada akhirnya akan bekerja di UMKM. Bekerja di UMKM bukan berarti hanya menginjak sebagai pijakan sementara. Ini adalah kesempatan untuk berkontribusi nyata—belajar, bertumbuh, dan mengumpulkan pengalaman yang akan menguatkan langkahmu ke depan, apakah sebagai bekal untuk melamar ke perusahaan impian atau untuk menjadikan UMKM tempat berkembang yang potensial.
Berkontribusi Langsung: Dampak kerja Anda terlihat nyata pada pertumbuhan usaha.
Belajar Multidimensi: Lingkungan dinamis UMKM memaksa Anda memahami berbagai aspek bisnis, dari produksi hingga pemasaran, jauh lebih cepat.
Bertumbuh Cepat: Peluang untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dan naik jabatan seringkali lebih terbuka dibanding di korporasi yang kaku.
Mengumpulkan Pengalaman Berharga: Setinggi-tingginya Anda jadi orang kepercayaan pemilik, serendah-rendahnya Anda dapatkan ilmu dan pengalaman yang menguatkan CV untuk masa depan.
"Love your work and you will never have to work a day in your life." Pepatah ini relevan di manapun, termasuk UMKM. Memupuk mindset positif ini dapat meringankan beban moral akibat stigma "hanya kerja di UMKM". Fokuslah pada kontribusi maksimal. Siapa tahu UMKM tempat Anda bekerja saat ini adalah perusahaan besar masa depan? Atau, pengalaman berharga di sana menjadi bekal untuk melompat ke jenjang berikutnya.
UMKM di Persimpangan: Bisnis Volatile, Tantangan Pasar, dan Peluang Berkembang
Sebagai pelaku UMKM furniture, saya akui jalan menuju "naik kelas" tidak mudah. Tantangan terbesar saat ini adalah melemahnya daya beli kelas menengah, pasar utama kebanyakan UMKM. Menurut laporan BPS yang disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR pada 28 Agustus 2024:
Kelas Menengah (2019): 57,33 Juta (21,45%) -> (2024): 47,85 Juta (17,13%)
Kelompok Rentan Miskin (2019): 54,97 Juta (20,56%) -> (2024): 67,69 Juta (24,23%)
Kelompok Miskin (2019): 25,14 Juta (9,41%) -> (2024): 25,22 Juta (9,03%)
(Sumber: INN Indonesia & BPS)
Sebagai pelaku UMKM di bidang produksi furniture dan sofa, saya menyaksikan secara langsung betapa industri ini bergulat dengan keterbatasan pasar. Saya saya diskusi dengan produsen dari hulu, mulai dari penebangan dan pemotongan kayu (sawmill), hingga hilir seperti importir bahan sintetis dari China dan workshop aksesoris sofa. Mayoritas memang membenarkan fenomena yang sedang terjadi ini.
Meskipun tantangan sangat nyata, semangat dan inovasi adalah investasi terbaik. Bersama, kita harus terus berbenah diri, mencari cara untuk meningkatkan kualitas, dan mengejar peluang yang ada—meskipun harus berjalan perlahan namun pasti.
Pesan dan Harapan Untuk Kawan-kawan Pengusaha UMKM
Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Ubah segemen market: Pelajari target pasar menengah ke atas. Memang resikonya kita harus bersaing dengan perusahaan besar seperti Informa, IKEA, Ace Hardware, Olympic, dll para jagoan pemain segmen market ekonomi menengah ke atas. Makanya kita fokus pada peningkatan kualitas, efisiensi, dan inovasi produk.
Membidik Pasar Internasional: Biar ga nanggung saingannya, sekalian aja udah kita jangan hanya terjebak di pasar lokal yang menyusut. Akses pasar global membuka peluang besar di luar persaingan ketat pasar domestik.
Kolaborasi & Dukungan: Diperlukan dukungan kebijakan, akses pendanaan, dan pelatihan yang lebih masif untuk membantu UMKM naik kelas.
Susah? Ya tentu saja susah, imposible? Oh jelas tidak. Makanya kita juga para pelaku UMKM harus pandai-pandai berbenah diri. Karena ini PR kita bersama untuk bisa naik kelas biar jadi perusahaan mandiri yang bisa jadi harapan para pencari tenaga kerja. Bayangin kalau 50% dari 64 juta UMKM Indonesia naik kelas jadi perusahaan. Wih mantap bener kita, China juga ketar ketir sama indonesia, mendadak jadi raja ekspornya dunia bisa-bisa.
Yah kalaupun cuma wacana tapi gpp kita sama-sama berdoa saja untuk kemajuan bersama. Berkontribusi lah walau sekecil apapun itu.
Seruan Realistis: Bermimpi dalam Batas Kemungkinan dan Tetap Optimis
Saya ingin mengajak semua orang untuk bermimpi, namun dengan batasan realistis sesuai kondisi saat ini. Tahun-tahun ini, kondisi ekonomi makro memang sedang menyulitkan; itulah sebabnya posisi kita seperti sekarang. Ribut-ribut masalah Izasah, Judol, Korupsi quadtriliun, PHK masal, wah banyak lah. Tetapi tolong, jangan menyerah.
Tetaplah mencari kerja, dan jangan putus asa jika pada akhirnya kamu harus bekerja di UMKM.
Sambil bekerja di UMKM, manfaatkan kesempatan untuk belajar dan berkontribusi, karena setiap pengalaman adalah modal berharga untuk masa depan.
Mungkin tahun depan, investor asing akan masuk ke Indonesia dan membuka berbagai lapangan kerja baru. Atau, orang kaya domestik akan mulai menyalurkan kekayaan mereka untuk mendirikan perusahaan-perusahaan inovatif.
Bisa jadi, tempat kerja yang kamu tempati sekarang justru naik kelas, menjadi perusahaan besar dengan berbagai benefit yang tak kalah dengan perusahaan impian.
Realitasnya, nggak semua orang bisa menerobos ke perusahaan besar—terkadang keterbatasan kenalan, pengalaman, atau bahkan ketersediaan lowongan membuat mimpi itu sulit terwujud. Karena itu, lebih baik kita fokus pada apa yang bisa kita raih sekarang. Dengan terus meningkatkan kualitas dan berkontribusi, baik di UMKM maupun di lingkungan kerja lainnya, kita menanam benih untuk masa depan yang lebih baik.
Sebagai bentuk kontribusi nyata, saya pun di Pengrajin Bogor mencoba berkontribusi melalui program "Pengrajin Bogor Career Acceleration Program". Program ini dirancang agar lulusan baru maupun tenaga profesional dapat membuka peluang berkarir di industri furniture. Harapan saya, melalui program ini, peserta tidak hanya memiliki bekal untuk melamar ke perusahaan impian, tetapi juga siap membawa perubahan positif bagi UMKM agar suatu hari nanti bisa naik kelas dan menjadi pondasi kuat dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Kesimpulan & Ajakan: Realistis, Optimis, Berkontribusi
Tragedi job fair Bekasi bukan sekadar berita sensasional. Ia adalah cermin retak pasar kerja kita dan panggilan untuk bertindak. Kita tidak bisa terus membiarkan mimpi kerja hanya terfokus pada korporasi besar sambil memandang rendah UMKM yang justru menjadi penopang nyata.
Mari bersama-sama:
Mengubah persepsi: Hilangkan gengsi! Tidak ada pekerjaan yang remeh. Berisik dan berdebu, tapi dari sini lah pagar-pagar pelindung gedung mewah dibentuk. Mari hilangkan stigma negatifnya. Terima realitas bahwa UMKM adalah penyerap tenaga kerja terbesar.
Mendorong UMKM Naik Kelas: Dukungan dari semua pihak (pemerintah, pelaku usaha, masyarakat) sangat vital agar UMKM semakin kuat dan mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih layak. Jangan mau jadi "usaha mikro" selamanya! Naik kelas itu kewajiban.
Ekonomi itu siklus: Tetaplah semangat, tahun depan bisa jadi investor pada masuk, lapangan kerja baru menjamur. Jika saat ini yang ada adalah kesempatan di UMKM, ambillah. Kontribusilah maksimal, belajar sebanyak-banyaknya. Siapa tahu tempat kerja Anda sekarang akan menjadi perusahaan besar besok, atau pengalaman berharga itu menjadi tiket ke jenjang berikutnya. Ekonomi bersiklus, peluang baru pasti akan datang.
Untuk mereka yang pingsan karena berebutan di job fair Bekasi, semoga perjuangan mereka tidak sia-sia. Semoga kepedihan itu menjadi pemicu bagi kita semua – pelaku UMKM, pencari kerja, pemerintah, dan masyarakat – untuk bersama-sama membangun ekosistem ketenagakerjaan yang lebih adil, realistis, dan penuh harapan. Mari kita mulai dengan mengubah cara kita memandang "pekerjaan yang baik". Mari jadikan UMKM bukan sekadar pilihan terakhir, tapi pilihan berani untuk berkontribusi dan membangun negeri.
Pengrajin Bogor
Produsen sofa berkualitas dari Bogor, Indonesia.
Alamat Workshop
Senin - Minggu
08:00 s/d 17:00
Info@pengrajinbogor.com